Dokter gigi dan seni adalah 2 hal berbeda yang bisa menyatu di sebuah ruang praktek seorang dokter gigi. Selain harus paham dan mengerti perihal perawatan gigi dan mulut, seorang dokter gigi juga dituntut untuk mempunyai jiwa seni.
Menjadi dokter gigi bukan hanya sekedar mencabut maupun menambal gigi. Bagaimana jadinya jika seseorang menambal gigi namun ditambal dengan asal tanpa memperhatikan estetika ? Bisa jadi memang gigi ditambal dengan benar sesuai fungsi gigi, namun bagaimana jika gigi yang ditambal mempunyai warna yang tidak sama dengan gigi lainnya? Pasti akan malu untuk tersenyum. Itu adalah salah satu contoh sederhana saja bagaimana melakukan penambalan gigi dengan tetap menyesuaikan warna gigi lainnya.
Contoh lain adalah bagaimana seorang dokter gigi dituntut untuk bisa membuat gigi seseorang untuk menjadi lebih rapi. Bentuk dan susunan gigi yang rapi merupakan salah satu impian sebagian orang. Dan rapi sendiri merupakan suatu kata yang sangat subyektif sekali, karena rapi bagi seseorang belum tentu rapi menurut orang lain. Oleh karena itu dokter gigi juga harus bisa menyesuaikan makna rapi seperti yang diinginkan oleh pasien.
Dengan beberapa contoh di atas, maka sudah tergambar bahwa seorang dokter gigi juga harus mempunyai jiwa seni karena profesi dokter gigi juga menyangkut estetika. Selain jiwa seni, seorang dokter gigi juga harus sabar dalam melayani pasien, karena menyangkut estetika seseorang mungkin akan berbeda dengan orang lain. Oleh karena itu biasanya pasien dokter gigi cenderung kritis dan menuntut seperti.
Karena profesi dokter gigi itu sarat dengan seni dan estetika, maka biasanya mempunyai tarif/biaya yang tidak sama meskipun untuk kasus yang sama. Biasanya tarif/biaya dihitung berdasarkan bahan yang dibutuhkan, keahlian seorang dokter gigi maupun tingkat kesulitan yang dihadapi.